Dewi Haroen | Personal Branding |
Pemilihan CALEG (Calon Legislatife) 2014 yang sudah di dilaksanakan pada tanggal 9 April kemarin,mengisahkan banyak cerita dan panasnya persaingan untuk duduk dikursi senayan walaupun hasil perhitungan final dari KPU sendiri belum diumumkan secara resmi. tapi sudah banyak diberitakan di media surat kabar maupun di media sosial yang saya baca mengenai para CALEG yang tidak menerima kalau suara daerah pemilihannya kurang dari harapan, bahkan hingga stress. Mungkin karena sudah banyak biaya yang sudah dikeluarkan saat kampanye tapi tidak berhasil ada juga yang meminta dikembalikan uangnya yang sudah dikasih kepada warga.
Melihat
permasalahan di atas betul apa yang dikatakan
bu Dewi Haroen, seorang psikolog politik, yang baru-baru ini mengeluarkan buku
perdananya yang bernama “Personal Branding, Kunci Kesuksesan Berkiprah Di Dunia
Politik”. Saat Bedah bukunya di Toko buku
Gramedia Matraman minggu kemarin.
Menurut bu dewi, CALEG itu bukan sebagai Job Sekker atau Pencari Kerja, seharusnya sebagai seseorang yang mengabdi dan mewakili suara rakyat, tentunya sudah mampan dalam berbagai hal, klo bisa gaji dari anggota dewan diberikan kepada rakayat.
Buku personal Branding karya Bu Dewi bukan Buku Politik pada umumnya yang membahas mengenai marketing politik ataupun bahasa komunikasi politik. Tapi Buku “Personal Branding, Kunci Kesuksesan Berkiprah Di Dunia Politik”. hanya membahas psikologis politik.
Karena masalah dari Bangsa kita saat ini yang mendesak agar dapat terwujud dengan baik adalah orangnya dulu belajar politik, baru ke komunikasi politik sedangakan brandingnya akan jalan dengan sendirinya,apabila dari sejak dini sudah tertanam dalam dirinya.
Personal Brading bukan cara yang instan butuh proses untuk membangunnya, seperti halnya jadi CALEG tidak bisa dengan cara instan harus membutuhkan waktu hingga 3,4 atau 5 tahun untuk mempelajarinya, jangan sampai kalau sudah terpilih jadi anggota dewan seperti orang jawa bilang kata bu Dewi, LOH gak ngerti mau ngapain duduk di senayan. Untuk itu jadi anggota dewan harus menguasai dan tahu kompetensinya baik itu di bidang registrasi, hukum, undang-undang, bahkan bidang pemerintahan itu sendiri.
Buku karya bu Dewi ini diterbitkan memang bukan untuk CALEG saat ini, melainkan untuk pemilu yang akan datang, jadi untuk CALEG tahun ini yang gagal suaranya tidak ada kata terlambat kalau mau sukses di dunia politik dan duduk dikursi dewan , Harus mau membangun branding positif terlebih dahulu agar di kenal oleh masyarakat.
Menurut bu dewi, CALEG itu bukan sebagai Job Sekker atau Pencari Kerja, seharusnya sebagai seseorang yang mengabdi dan mewakili suara rakyat, tentunya sudah mampan dalam berbagai hal, klo bisa gaji dari anggota dewan diberikan kepada rakayat.
Buku personal Branding karya Bu Dewi bukan Buku Politik pada umumnya yang membahas mengenai marketing politik ataupun bahasa komunikasi politik. Tapi Buku “Personal Branding, Kunci Kesuksesan Berkiprah Di Dunia Politik”. hanya membahas psikologis politik.
Karena masalah dari Bangsa kita saat ini yang mendesak agar dapat terwujud dengan baik adalah orangnya dulu belajar politik, baru ke komunikasi politik sedangakan brandingnya akan jalan dengan sendirinya,apabila dari sejak dini sudah tertanam dalam dirinya.
Personal Brading bukan cara yang instan butuh proses untuk membangunnya, seperti halnya jadi CALEG tidak bisa dengan cara instan harus membutuhkan waktu hingga 3,4 atau 5 tahun untuk mempelajarinya, jangan sampai kalau sudah terpilih jadi anggota dewan seperti orang jawa bilang kata bu Dewi, LOH gak ngerti mau ngapain duduk di senayan. Untuk itu jadi anggota dewan harus menguasai dan tahu kompetensinya baik itu di bidang registrasi, hukum, undang-undang, bahkan bidang pemerintahan itu sendiri.
Buku karya bu Dewi ini diterbitkan memang bukan untuk CALEG saat ini, melainkan untuk pemilu yang akan datang, jadi untuk CALEG tahun ini yang gagal suaranya tidak ada kata terlambat kalau mau sukses di dunia politik dan duduk dikursi dewan , Harus mau membangun branding positif terlebih dahulu agar di kenal oleh masyarakat.
Walaupun
saya bukan orang politik, akhirnya saya jadi tahu bagaimana membangun “Personal
Branding” khususnya di dunia politik berkat undangan dari Kang Candra Iman
melalui Blogger Reporter Indonesia. Kebetulan
saya menghadirinya saat Peluncuran dan Bedah Buku karya Dewi Haroen yang
berjudul “Personal Branding, Kunci Kesuksesan
Berkiprah Di Dunia Politik” di Gramedia Matraman pada hari Minggu 06 Maret 2014 yang
dipandu oleh MC mas Karel Anderson dengan menghadirkan tiga
narasumber
yang sudah memiliki brandingnya masing-masing yaitu Prof.DR.Din Syamsudin, Tokoh Agama sekaligus Ketua MUI lalu Prof. Dr. Hamdi Muluk,
Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia dan musisi kenamaan Dwiki Dharmawan dengan moderator Alvin
Lie.
Menurut Prof.DR.Din Syamsudin, dalam paparannya Ilmu Personal Branding itu bagus dan penting tapi jangan kehilangan nilainya, jadi bukan hanya untuk sesuatu yang hanya personal maupun non personal apalagi yang bersifat manipulative. Kenapa, karena yang terjadi Personal Branding menjadi faktor kunci kesuksesan politisi tapi begitu dia jadi anggota Dewan semua yang dipersepsikan positif oleh pemilih ternyata tidak menjadi kenyataan, disinilah Personal Branding bukan lagi menjadi faktor kunci kesuksesan melainkan akan menjadi faktor penyebab kerutuhan dan secepat Personal Branding naik tidak kemungkinan Personal Brandingnya akan cepat turun juga apabila personal Branding yang ditampilkannya bukan sebuah wataknya sejati.
Lalu menurut Guru Besar Psikologi Politik UI, Prof. Dr. Hamdi Muluk. Branding sebangun dengan pengertian membangun diri, menggali potensi pada satu tujuan yang jelas dengan baik dan kreatif. Kalau kita ingin menjadi manusia berkelas yaitu dengan karakter personality yang berbeda-beda, seperti halnya karakter Diamond, meskipun dibawah lumpur tetap saja berkilau, ungkap Hamdi Muluk.
Sedangkan menurut Dwiki dari perspektif artistic, saat ini popularitas, rejeki tidak berbanding lurus dengan pengalaman bertahun-tahun nya, semua bisa cepat terkenal dan menghasil yang lumayan pula, tapi cepat pula tenggelam. apalagi didunia politik.
Selain itu kata Dwiki, tidak ingin menjadi orang lain tetap cinta Indonesia, Industri kreatif tidak bisa dikembangkan jika kebudayaan Indonesia tidak diangkat. Untuk itu beliau mencalonkan diri ditahun ini menjadi CALEG.
Semoga saja tulisan ini bisa menjawab arti pentingnya Personal Branding sesuai apa yang dibukukan oleh Dewi Haroen dan untuk para CALEG yang belum berhasil ditahun ini, kalau memang ingin duduk di kursi senayan demi kepentingan rakyat bukan golongan masih ada waktu dan kesempatan untuk membangun Personal Brandingnya.***
Menurut Prof.DR.Din Syamsudin, dalam paparannya Ilmu Personal Branding itu bagus dan penting tapi jangan kehilangan nilainya, jadi bukan hanya untuk sesuatu yang hanya personal maupun non personal apalagi yang bersifat manipulative. Kenapa, karena yang terjadi Personal Branding menjadi faktor kunci kesuksesan politisi tapi begitu dia jadi anggota Dewan semua yang dipersepsikan positif oleh pemilih ternyata tidak menjadi kenyataan, disinilah Personal Branding bukan lagi menjadi faktor kunci kesuksesan melainkan akan menjadi faktor penyebab kerutuhan dan secepat Personal Branding naik tidak kemungkinan Personal Brandingnya akan cepat turun juga apabila personal Branding yang ditampilkannya bukan sebuah wataknya sejati.
Lalu menurut Guru Besar Psikologi Politik UI, Prof. Dr. Hamdi Muluk. Branding sebangun dengan pengertian membangun diri, menggali potensi pada satu tujuan yang jelas dengan baik dan kreatif. Kalau kita ingin menjadi manusia berkelas yaitu dengan karakter personality yang berbeda-beda, seperti halnya karakter Diamond, meskipun dibawah lumpur tetap saja berkilau, ungkap Hamdi Muluk.
Sedangkan menurut Dwiki dari perspektif artistic, saat ini popularitas, rejeki tidak berbanding lurus dengan pengalaman bertahun-tahun nya, semua bisa cepat terkenal dan menghasil yang lumayan pula, tapi cepat pula tenggelam. apalagi didunia politik.
Selain itu kata Dwiki, tidak ingin menjadi orang lain tetap cinta Indonesia, Industri kreatif tidak bisa dikembangkan jika kebudayaan Indonesia tidak diangkat. Untuk itu beliau mencalonkan diri ditahun ini menjadi CALEG.
Semoga saja tulisan ini bisa menjawab arti pentingnya Personal Branding sesuai apa yang dibukukan oleh Dewi Haroen dan untuk para CALEG yang belum berhasil ditahun ini, kalau memang ingin duduk di kursi senayan demi kepentingan rakyat bukan golongan masih ada waktu dan kesempatan untuk membangun Personal Brandingnya.***
sangat menarik sekali bahasan tentang personal branding ini, saya juga penasaran isi buku personal branding yang ibu tulis.
BalasHapusnamun saat ini susah di temukan buku ini bu.