Ilustrasi | sumber komunitaskretek or id |
Pentingnya Peran perempuan dalam mendorong kebijakan pengendalian tembakau yang lebih baik
Padahal jika dipikir dengan logis, bagaimana bisa rokok menghilangkan stress sedangkan pada saat itu zat-zat berbahaya yang ada pada rokok perlahan masuk kedalam tubuh, apakah ini yang disebut penghilang stress?
Tidak menampik, dulu iya saya merupakan perokok aktif karena terbawa oleh lingkungan dan teman tapi semenjak punya anak Alhamdulillah bisa berhenti total. Sadar akan hal itu karena rokok bukan hanya merusak diri sendiri tapi semua yang ada dilingkungan sekitar kita.
Rokok dan Perempuan
Sejatinya dari jaman dulu rokok memang sudah dinikmati oleh perempuan, tapi jumlahnya tidak sebanyak sekarang. Mendengarkan talkshow #PutusinAja dari Facebook Kantor Berita Radio ( KBR ) dengan melibatkan Narasumber Gayatri Dwi Hapsari, Luluk Ariyantiny dan Adriana Veny membuat saya prihatin karena rokok masih menjadi masalah yang masih susah untuk diatasi.
Pengendalian tembakau JP3T menyebut perempuan dan anak Indonesia saat ini menjadi target konsumen industri rokok, karena itu dipandang mendesak agar Indonesia segera meratifikasi FCTC (Framework Convention Tobacco Control) Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia yang belum meratifikasi FCTC.
Untuk itu diharapkan perempuan mestinya aktif terlibat dalam kebijakan publik supaya aturan pengendalian tembakau lebih diperketat dan tidak berdiam diri ketika menjadi target penjualan rokok.
Luluk Ariyantiny, memaparkan "Awal 2012, ingin punya regulasi pasti terkait dengan kebijakan daerah karena sebelum ada UU Disabilitas, karena dulu disabilitas dipandang sebelah mata maka dari itu pendekatan dengan Bupati dirasa sangat penting dan OPD OPD, di tahun 2014 ada pemilihan calon legislatif, sebelum mereka jadi dan sudah jadi tetap komunikasi".
Beliau pun menambahkan, " Tantangan memahamkan kepada dinas OPD dan kepala dinas sangat tidak mudah berbagai macam kendala pasti ada namun seiring waktu dengan terus memberi pemahaman kepada pejabat terkait, melobi audiens, moral ikatan batin lalu terwujud juga pemahaman kesetaraan".
Lalu menurut Gayatri Dwi Hapsari, "Melalui organisasi puan muda atau komunitas perempuan usia 16-23 tahun mengadvokasi pemerintah untuk teknis seperti misalnya larangan iklan dan sponsor rokok. Kenapa harus perempuan dan anak muda? Karena mereka kelompok rentan yang harus didengarkan suaranya oleh pengambil kebijakan".
Targetnya untuk menekan prevalensi jumlah perempuan perokok yang semakin hari semakin naik.
Selain itu menurut, Adriani Veny memaparkan "Peran perempuan dalam kebijakan pengendalian tembakau sangat penting karena yang kena dampak dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak. Padahal di tahun 2030 sedang gencar untuk menciptakan generasi emas".
Ilustrasi Dilarang Merokok | sumber alodokter |
Jadi saya sependapat dengan ketiga narasumber diatas bahwa peran perempuan untuk pengendalian kebijakan tembakau sebisa mungkin harus terus digalakkan supaya banyak yang sadar akan bahaya rokok.
Tentunya ini semua butuh banyak dukungan dari semua pihak, bukan hanya pemerintah saja tapi masyarakat, pelaku bisnis dan pihak terkait untuk bahu membahu mengatasi masalah ini. Kesehatan adalah segalanya dan sebagai orang tua sudah kewajiban memberi hak anak untuk kesehatannya.
Semoga saja perokok di Indonesia terutama perempuan dapat berkurang begitupun aturan kebijakan pengendalian tembakau lebih diperketat lagi .***
0 komentar:
Posting Komentar
T'rimks sudah mampir ke postingan ini semoga bermanfaat dan berguna. Jangan lupa juga tinggalin jejak di kolom komentarnya ya, semoga bisa menjalin silaturahmi.
Tunggu postingan selanjutnya yang makin bermanfaat dan aktual.
Salam, @cidyrus